Jakarta E-Prix kembali hadir pada 21 Juni 2025 setelah absen di musim sebelumnya akibat jadwal yang bertabrakan dengan pemilu 2024. Sirkuit Ancol, dengan panjang 2,4 km, dikenal sebagai lintasan menantang dengan permukaan abrasif dan tikungan tajam seperti Turn 1, yang menjadi zona utama untuk menyalip. Gunther, yang kini membalap untuk DS Penske setelah meraih kemenangan bersejarah untuk Maserati pada 2023, datang dengan momentum kuat usai menang di Jeddah E-Prix awal 2025. Dengan mobil GEN3 Evo yang 30% lebih cepat dari mobil F1 dalam akselerasi 0-60 mph, balapan ini menjanjikan persaingan sengit.
Gunther memimpin FP1 Jakarta E-Prix 2025 dengan waktu terbaik 1 menit 06,050 detik, mengungguli Antonio Felix da Costa (TAG Heuer Porsche) dan Edoardo Mortara (Mahindra Racing) yang masing-masing berada di posisi kedua dan ketiga. Keberhasilannya ini mengulang dominasi di Jakarta 2023, ketika ia meraih pole position di kedua balapan, finis ketiga pada balapan pertama, dan menang di balapan kedua. Meski lintasan dipenuhi debu yang mengurangi cengkeraman, Gunther menunjukkan penguasaan luar biasa. Namun, cuaca menjadi sorotan, dengan prakiraan hujan hingga 78% pada Sabtu sore menjelang balapan utama pukul 15:03 WIB, menambah ketegangan strategi tim.
Dominasi Gunther di FP1 menegaskan statusnya sebagai favorit di Jakarta, terutama dengan pengalaman suksesnya di lintasan ini. Keunggulan DS Penske dengan mobil GEN3 Evo, yang memiliki efisiensi dan kecepatan lebih baik, memberi Gunther kepercayaan diri untuk bersaing di papan atas. Namun, kondisi cuaca yang tak menentu, dengan suhu 26-27°C dan kelembapan tinggi, dapat mengubah dinamika balapan. Permukaan lintasan yang abrasif juga menuntut pengelolaan ban belakang yang cermat, terutama dengan ban GEN3 Evo iON Race dari Hankook yang baru diperkenalkan untuk musim ini.
Antusiasme penggemar di platform X membuncah menyambut kembalinya Formula E ke Jakarta. Postingan dari @FIAFormulaE memuji waktu “mega” Gunther di FP1, sementara @FormulaGledek mengingatkan penggemar untuk “siap bawa payung” karena prediksi hujan. Penggemar lokal memuji energi penonton Jakarta, dengan lebih dari 160.000 penonton memadati Ancol pada 2023, dan tahun ini diperkirakan tak kalah ramai. Gunther sendiri mengungkapkan kegembiraannya atas sambutan hangat penggemar Indonesia, yang menurutnya membuat Jakarta istimewa.
Cuaca tak menentu menjadi tantangan utama di Jakarta E-Prix 2025. Dengan peluang hujan 59% di FP2 dan 70% di kualifikasi, tim harus cepat beradaptasi antara kondisi kering dan basah. Gunther menegaskan kesiapannya untuk ked6ua skenario, menyebut balapan basah memberikan ruang kesalahan yang lebih besar, sementara balapan kering menuntut ketepatan karena jarak antar tim lebih kecil. Selain itu, panas dan kelembapan tinggi di Jakarta menguji daya tahan pembalap dan komponen mobil, terutama ban belakang yang rentan aus di lintasan abrasif. Pengaturan set-up mobil dan strategi mode serangan akan krusial untuk meraih hasil optimal.
Dengan kualifikasi dan balapan utama pada 21 Juni 2025, Gunther berada di posisi kuat untuk mengulang kesuksesan 2023, didukung performa impresifnya di FP1. Namun, ia akan mendapat tantangan dari pembalap seperti Oliver Rowland, pemimpin klasemen, serta Mitch Evans dan Antonio Felix da Costa, yang juga memiliki pengalaman podium di Jakarta. Ban GEN3 Evo iON Race dari Hankook, yang diuji dalam kondisi ekstrem, akan menjadi faktor penentu. Jika hujan turun, kemampuan adaptasi Gunther bisa menjadi pembeda, sementara kondisi kering dapat memperketat persaingan. Balapan ini juga menjadi panggung penting bagi Jakarta sebagai pusat balap listrik di Asia, dengan dampak ekonomi yang signifikan.